Sayap Revolusi

April 21, 2010

Bolehkah menilai diri sendiri berdasar penilaian orang lain..???

Filed under: Umum — sayaprevolusi @ 2:54 pm

Terkadang kita lebih peduli apa kata orang lain walaupun itu membuat kita tidak ‘comfort’.Itu yang membuat kita tak bisa mengembangkan potensi diri dan merasa takut atau minder dalam mengambil keputusan karena khawatir apa kata orang.

Setiap manusia menjalani kehidupan masing-masing dan bertanggung jawab terhadap dirinya.Kita sendirilah yang memilki kendali atas hidup kita.Mengapa..??
karena seberat apapun campur tangan atau pengaruh oranglain atas diri kita,tetap saja pengambil keputusan terakhir adalah diri kita sendiri.
Sekuat apapun mereka mengharapkan sesuatu atas diri kita,jika kita tidak menghendakinya,maka mereka pun tak bisa berbuat lebih.

Yang perlu kita pikirkan adalah bagaimana caranya kita bisa PeDe dalam menjalani hidup tanpa bergantung pada pendapat orang lain.
Ini bukan berarti kita tidak boleh mendengarkan pendapat orang lain karena terkadang orang lain lebih bisa melihat kekurangan yang ada pada diri kita.Dan itu bisa kita jadikan bahan intropeksi diri kita.

Apapun yang dikatakan orang lain mengenai kita,jangan sampai menghilangkan rasa percaya diri kita.. karena tanpa percaya diri,kita tak akan bisa aktif dalam berkarya..
Percayalah..Alloh menciptakan kita sudah lengkap dengan kelebihan dan kekurangan.. so,bangkit..!! (aqrobu littaqwa)

86 Tahun Umat Islam Hidup Bak Gelandangan Tanpa Rumah (Refleksi Runtuhnya Daulah Khilafah)

Filed under: Umum — sayaprevolusi @ 2:51 pm

Sejarah adalah cermin terbaik. Melihat sejarah bukan hanya untuk mengenang masa lalu atau meratapi kegagalan. Namun lebih dari itu, ia merupakan cermin terbaik untuk menapak masa depan. 3 Maret 1924, tanggal dimana diruntuhkannya secara paksa kesatuan islam. Di porandakkannya daulah islam dan pancaran pesona islam pun memudar seiring dengan runtuhnya daulah Ustmaniyah di Turki pada tahun 1924. Mungkin banyak orang yang menganggap buat apa kita mengenang masa lalu, karena yang lalu adalah hal yang kemarin dan yang kita hadapi adalah sekarang yang akan menjadi tumpuan masa depan. Setidaknya, tidakkah kita menelaah lebih jauh tentang bagaimana dan apa yang terjadi 86 tahun silam sebagai umat islam dan kejayaan umat islam hampir 14 abad lamanya.

Saat ini negera-negara kaum muslim telah terpecah-belah dan terserak hampir lima puluh Negara. Kemilau cahaya islam sedkit demi sedikit meredup dan terkikis oleh waktu . Kokohnya semangat akidah islam mulai teracuni oleh paham-paham seperti nasionalisme, demokrasi, sekulerisme, Atheisme, dan Liberalisme. Praktis sejak saat itu hingga saat ini islam tidak digunakan sebagai ideologi dalam pemerintahan dan bernegara. Islam hanya dipakai dalam ibadah ritual semata. Islam hanya dimaknai sebagai lips-service belaka. Tidak kah kita sadar saudaraku hampir 14 abad umat islam hidup dibawah bendera khilafah islamiyah yang merupakan sistem pemerintahan islam. Selama itu pula terjadi pasang surut pemerintahan. Namun perlu dicatat bahwa bagaimana pun keadaannya system khilafah yang mmepunyai nilai plus. Umat islam dibawah panji khilafah merasa bahwa mereka adalah suatu keluarga besar, satu kesatuan yang membutuhkan pemimpin (khalifah) sebagai pengayom.

Mungkin keadaan ini sedikit banyak yang tahu ataupun malah dilupakan oleh sejarah pada 86 tahun yang lau sebuah peristiwa kelam yang mempengaruhi kehidupan islam diseantero dunia. Diantaranya pada tahun 1922 terjadi perjanjian LUZON antara Inggris dan Turki yang berisikan menghapus khilafah, mengumumkan Negara Sekuler Turki, dan pergantian undang-undang Ustmani yang berdasarkan Islam dengan undang-undang sekuler, yang dimana undang-undang tersebut disetujui oleh majelis nasional yang berada di Turki.

Sejak itulah umat islam menjalani kehidupan bermasyarakat dan bernegara tanpa kehadiran sistem pemerintahan islam Al-Khilafah Al-Islamiyah. Seorang yahudi Dunamah bernama Mustafa Kemal Attaturk memproklamirkan pembubaran sistem pemerintahan Islam. Suatu pemerintahan yang seseungguhnya merupakan warisan ideologi-sosial-politik-budya umat yang bermula sejak kepemimpinan Nabi Muhammad di Kota Madinah.

Sudah 86 tahun sejak peristiwa tragis tersebut berlangsung. Sedemikian jauhnya pemahaman dan pengalaman umat Islam umat Islam mengenai reaita kehidupan di bawah naungan tatanan khilafah Islam sehingga banya muslim yang menyangka bahwa sistem kehidupan dengan konsep nation-state bagi umat islam merupakan sebuah kehidupan darurat laksana gelandangan yang terpaksa membangun bedeng sebagai rumah sementara karena raibnya rumah mereka yang semestinya. Mungkin karena sudah terlalu lama “menikmati” hidup dibedeng-bedeng akhirnya mulai menyesuaikan diri dan terbius untuk meyakini bahwa memang sudah semestinya mereka menerima hidup tanpa pernah lagi punya rumah semestinya.

Lalu bagaiman gerangan nasib umat islam selanjutnya? Berdasarkan hadits riwayat Imam Akhmad “Periode an-Nubuwwah (kenabian) akan berlangsung pada kalian dalam beberapa tahun, kemudian Allah mengangkatnya, setelah itu dating periode khilafatun ‘ala minhaj an Nubuwwah (Kekhilafahan atas manhaj kenabian), selama beberapa masa hingga Allah ta’ala mengangkatnya, kemudian dating periode mulkan aadhdhon (penguasa-penguasa yang menggigit selama beberapa masa, selanjutnya datang periode mulkan jabbbariyyan (penguasa-penguasa yang memaksakan kehendak) dalam beberapa masa hingga waktu yang ditentukan Allah ta’ala, setelah itu akan terulang kembali periode khilafatun ‘ala inhaj an-nubuwwah. Kemudian Nabi Muhammad saw diam.” (H.R. Ahmad).

Dari sana bisa kita lihat saat ini kita berada dalam posisi keempat yaitu periode keempat umat islam bakal hidup “tanpa khilafah”. Periode kepemimpinan Mulkan Jabbariyyan alias para penguasa yang memaksakan kehendak yang berarti mengabaikan kehendak Allah dan Rasulnya. Selanjutnya apa yang kita lakukan setelah ini? Akankah kita teruskan keadaan seperti ini? Diam ditempat, atau bergerak lebih cepat menjemput selanjutnya? Kun Fayakun. Mari kita lakukan. Laksanakan!. (aqrobu litaqwa)

Tulisan ini pernah dimuat di radar Banjarmasin edisi bulan maret oleh Ice Trianiza

« Previous PageNext Page »

Create a free website or blog at WordPress.com.